1. Perempuan Kalash di Pakistan
Di Pakistan, sebuah negara yang hampir setengah wilayahnya dikuasai oleh Taliban—yang dikenal banyak mengekang kehidupan kaum perempuannya, ternyata ada sebuah kawasan yang kaum perempuan malah mendominasi kaum lelaki. Tepatnya di wilayah Lembah Chitral, Utara Pakistan, terdapat sebuah komunitas masyarat yang dikenal dengan sebutan Orang-Orang Kalash (Suku Kalash). Berdasarkan rumor yang beredar orang-orang Kalash tersebut merupakan keturunan dari pasukan Raja Iskandar Agung yang dahulu menaklukan bangsa Afghanistan. Dikabarkan lebih dari ribuan tahun, para perempuan Kalash memiliki peranan penting dan sentral di dalam berbagai sektor kehidupan, dan sekaligus menciptakan perdamaian dan menyebarkan cinta-kasih di dalam masyarakat Lembah Chitral. Yang unik dari budaya Kalash, kaum perempuanlah yang memilih pasangannya, dan seandainya lelaki tersebut tidak membahagiakannya maka mereka bisa menceraikannya tanpa khawatir ditolak. Dan mencari pasangannya yang baru dengan mudah.
2. Perempuan Meghalaya di India
Di Meghalaya, sebuah kawasan di India yang dikenal menganut agama hindu. Kaum perempuan di Meghalaya memiliki segalanya, layaknya posisi kaum lelaki di belahan dunia lain. Kaum perempuan Meghalaya berhak atas harta warisan dan menyandang nama keluarga, dan mengambil keputusan di dalam urusan rumah tangganya. Dan kabar terakhir menyebutkan, bahwa para kaum lelaki di Meghalaya sedang menggalang kekuatan untuk dapat memiliki hak dan derajat yang sama dengan kaum perempuannya.
3. Perempuan Mosou di China
Dikabarkan di negeri tirai bambu, China, kaum perempuan selalu diperlakukan tidak menyenangkan baik secara seksual maupun emosional. Hal tersebut dikarenakan tradisi patriarki yang kuat serta sistem pemerintahan yang mengeluarkan kebijakan berdasarkan pertimbangan komunisme. Akibat tradisi dan kebijakan pemerintahnya, para perempuan di China sangat akrab dengan istilah ‘Shen Kui’ yang dalam bahasa Indonesia berarti Penyakit frustasi seksual. Meskipun demikian, ternyata berbeda 180 derajat keadaannya dengan kaum perempuan yang hidup di kawasan Provinsi Yunnan dan Sichuan, yang berbatasan dengan Tibet. Sebuah etnis China yang dikenal dengan nama Kaum Mosou memiliki tradisi yang menarik berbeda dengan etnis-etnis di wilayah China. Sebuah tradisi yang menempatkan kaum perempuan setingkat di atas kaum lelakinya, bahkan tradisi mereka tidak mengenal dengan adanya pernikahan. Mereka dapat menentukan lelaki yang akan mendampinginya, yang mereka anggap pantas atau sebaliknya untuk berada di dalam rumahnya. Dan merekalah yang akan merawat anak-anak dari hasil pertemanan tersebut.
4. Minangkabau di Indonesia
Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama islam terbesar di dunia, bahkan memiliki banyak wilayah yang menjalankan hukum dan nilai-nilai islam yang ketat. Tepatnyadi Sumatera Barat yang terkenal dengan masyarakat Suku Minangkabau, memiliki tradisi budaya keibuan yang sangat kuat (matrilineal) di dunia. Ketika kaum lelakinya yang sejak usia tujuh tahun telah diperintahkan untuk tinggal dan besar di lingkungan surau untuk mempelajari agama, dan setelah dirasakan cukup dewasa, mereka pun dibiarkan untuk keluar dari wilayahnya untuk ‘berpetualang’. Saat itulah peranan perempuan, terutama kaum ibu, sangat menonjol dalam berbagai sektor kehidupan mulai dari pendidikan hingga ekonomi, dan bukan bagi keluarganya saja melainkan bagi masyarakatnya.
5. Perempuan di Himalaya
Kaum perempuan yang satu ini lebih unik lagi tradisinya dibandingkan dengan keempat sebelumnya. Kaum perempuan di kawasan dataran tinggi Himalaya, sebelah utara India, mengenal dan menjalakan praktik poliandri, yakni mereka dapat menikahi dua laki-laki secara periodik. Namun tradisi itu tidak berlangsung lama dan kondisinya malah berbalik ketika dikabarkan dua saudara laki-laki dapat berbagi satu istri dalam satu atap pernikahan. Rumor mengatakan hal tersebut disebabkan kaum laki-laki Himalaya yang terancam dengan dominasi kaum perempuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar