1. Aminatou Haidar
Aminatou Haidar dikenal sebagai salah satu aktivis yang menentang kekerasan dan kekejaman. Ibu dari dua anak ini telah mengorbankan jiwa dan raganya memrotes penyelewengan hak asasi manusia yang terjadi saat perang antara dua kelompok di Maroko dan Sahrawi. Ia memulai mengkampanyekan protesnya saat ia berumur 21 tahun. Ia sempat ditangkap saat melakukan protes di tahun 1987 dan diasingkan selama 4 tahun tanpa ada pembelaan di pengadilan. Setelah itu ia masih menghabiskan waktunya untuk mengkampanyekan hak asasi tersebut dan beberapa kali ia mendapatkan perlakuan yang sama, dipukuli, ditangkap, dipenjara dan mendapat perlakuan yang keji di penjara. Ia tak pernah menyerah, bahkan saat ia ditolak masuk ke negaranya sendiri saat ia pulang dari perhelatan internasional, negara yang salah satu sistemnya ia protes.
Untuk perjuangan yang tak kenal lelah, ia menerima penghargaan Robert F. Kennedy Human Rights Award pada 2008, A civil Courage Prize honoree dan pernah masuk menjadi nominasi penghargaan Nobel untuk perdamaian.
2. Hadizatou Mani
“Saya tahu bahwa ini satu-satunya cara untuk melindungi anak saya dari penderitaan yang telah saya alami. Mereka tidak boleh bernasib sama dengan saya, tidak ada satu orang pun yang berhak diperbudak dan dijualbelikan ” ucap Hadizatou Mani saat ia memenangkan tuntutan dari dirinya sendiri kepada negara tentang kebebasan para warga Nigeria dari perbudakan. Hadizatou melakukan ini pada tahun 2008. Ia membela para budak khususnya para perempuan muda untuk memiliki kebebasan dari perbudakan. Waktu umur 12 tahun, Hadizatou Mani diperjualbelikan oleh keluarga seharga 500 dollar. Ia menghabiskan waktu 10 tahun untuk menderita menjadi budak di negerinya sendiri.
Untuk keberaniannya ini, ia mendapat penghargaan dari Time Magazine sebagai orang yang berpengaruh di tahun 2009.
3. Suraya Pakzad
Suraya Pakzada adalah salah satu dari beberapa aktivis wanita di Afganistan. Setelah mendirikan organisasi yang diberi nama Voices of Women Organization lebih dari sepeuluh tahun lalu, ibu dengan 6 anak ini mengorbankan waktunya untuk menghentikan pelecehan yang bersifat gender di negaranya. Dalam enam tahun ke belakang, salah satu programnya yang bernama VOW’s Gender-Based Violence Training and the Woman’s Legal and Social (pelatihan dan pengenalan tentang hukum dan sosial tentang pelecehan gender) telah membantu 200 perempuan yang mengalami pelecehan dengan cara menerapkan psikologi konseling dan pertolongan medis. Pada tahun 2008 ia bekerjasama dengan salah satu badan PBB yang memberikan sumbangan spesial khusus untuk mengurangi kekerasana dan pelecehan terhadap wanita mendirikan tempat perlindungan untuk para wanita korban pelecehan di wilayah barat Afganistan.
Untuk kepeduliaannya akan hal ini, Suraya dinobatkan sebagai salah satu dari delapan Wanita Pemberani di tahun 2008 lalu disusul penghargaan Malali Medal dari presiden Afganistan.
4. Shirin Ebadi
Shirin Ebadi adalah wanita muslim pertama yang menerima penghargaan Nobel Perdamaian. Ibu dari dua orang anak ini menerima penghargaan atas kontribusinya terhadap penegakan hak asasi manusia yang berfokus untuk para pengungsi dan tahanan politik di Iran. Ebadi juga merupakan wanita pertama yang melayangkan tuntutan. Ia kehilangan pekerjaannya saat revolusi islam di tahn 1979 dan kemudia dengan gelar doktornya ia kembali untuk memberikan tuntutannya di tahun 1992. Kemudian Ebadi dikenal sebagai orang yang membela “pemberontak politik” di Iran dan membantu beberapa keluarga yang diancam dan dibunuh karena menentang pemerintahan yang Islamik.
Ia kemudian mendirikan Association for Support of Children’s Right pada tahun 1995 dan Human Rights Defence Centre di tahun 2001. Ia juga telah membuat lebih dari sepuluh buku yang fokus pada hak para perempuan, para anak dan pengungsi. Beliau juga mengajar di Universitas Teheran.
5. Waris Dirie
Ibu cantik dan berhati mulia bisa ditemukan dalam sosok Waris Dirie, seorang model dan aktris asal Somalia yang menentang adanya mutalasi genital (khitan) yang konon pernah ia alami juga. Waris terpaksa kabur dari Somalia untuk menghindari perkawinan paksa, lalu ia terbang ke London dan mendapatkan kesempatan luar biasa di dunia hiburan. Kemudian ia memanfaatkan status selebritanya untuk mengkampanyekan pemberhentian mutilasi genital. Di Somalia, dan beberapa bagian Afrika dan Asia, mengenal mutilasi genital ini dengan alasan agar libido perempuan tidak berlebihan. Waris juga menyebutkan selaintidak bisa menolak, para perempuan muda akan menghadapi mutilasi tanpa alat medis yang memadai, bahkan terlalu tradisional.
Saat ini, Waris Dirie bekerja menjadi representatif di PBB untuk kasus mutilasi genital ini. Ia juga menulis tentang pengalaman tersebut dalam bukunya yang berjudul Desert Flower yang diterbitkan pada tahun 1998. Buku yang terjual lebih dari 11 juta kopi tersebut lalu dijadikan film pada tahun 2009.
6. Betty Williams
6. Betty Williams
Betty Williams aktivis profesional di kancah politik saat ia memenangkan Nobel Perdamaian di tahun 1976, melainkan ia mendapatkannya karena usahanya dalam mengakhiri kekerasan di Irlandia Utara. ” Nobel Perdamaian diberikan bukan hanya karena seseorang telah mengusahakan perdamaian, tetapi semoga ini membuat yang lainnya bisa meneruskan perdamaian tersebut” katanya saat meraih Nobel Perdamaian.
Awal perjuangannya terjadi secara kebetulan, waktu itu ia masih bekerja sebagai resepsionis. Ibu dari dua anak ini melihat kecelakaan tragis yang dialami oleh tentara republik Irlandia saat menghindar tentara Inggris. Kendaraan yang dikendarai oleh para tentara Irlandia menabrak tiga anak yang kemudia disusul oleh kematian bunuh diri sang ibu dari anak-anak tersebut beberapa tahun kemudian. Terpacu oleh kejadian tersebut, Betty mengedarkan petisi melawan pertikaian panjang antara Irlandia Utara dengan Republik Irlandia. Ia mendapatkan ribuan orang menentang kekerasan dan pertikaian tersebut, menjadikan suara tunggal dari Betty menjadi suara banyak orang dan kemudian terwujudlah keinginan dari petisi tersebut.
Sekarang, Betty Williams bukan seorang resepsionis lagi melainkan ia peraih Nobel Perdamaian yang kemudian menjadi pimpinan lembaga international, World Centers of Compassion forChildren International.
7. Gameela Ismail
Gameela Ismail berjuang tepat di garda depan para wanita Mesir untuk menciptakan negara yang baru dan menyerukan revolusi Januari tahun ini. Keberanian dan rasa tidak takut dipunyai oleh Gameela untuk menegakkan keadilan. Dia dipecat dari pekerjaannya sebagai seorang presenter televisi saat suaminya, Ayman Nour, menjadi orang pertama yang menentang Hosni Mubarak untuk kursi presiden di tahun 2005. Saat Ayman Nour ditahan yang lalu diikuti dengan kekalahannya di persaingan kursi presiden, Gameela membawa anaknya ikut serta untuk menyerukan “Down, down Hosni Mubarak!” (turun, turun kau, Hosni Mubarak) yang menyebabkan ia harus membayar dengan jalan hidup yang penuh ancaman.
Di tahun 2008, sekelompok orang membakar markas partai suaminya—saat Gameela ada di dalam markas tersebut. Ia selamat dan lalu melayangkan surat tuduhan kepada pengadilan dan harus memerangi ketidakadilan saat ia kemudian yang dituduh sebagai pelaku pembakaran. Setelah itu, keikutsertaan Gameela pada penegakan demokrasi selalu menjadi simbol di Mesir.
8. Ratu Noor
Seperti para anak-anak imigran asal Jordania, Ratu Noor dari Jordania pernah menempuh pendidikan di Princeton University (New Jersey, Amerika Serikat). Ia lalu menikah dengan King Husein bin Talal dan memiliki 4 orang anak. Setelah suaminya meninggal di tahun 1999, Ratu Noor mendedikasikan hidupnya menjadi abdi publik internasional dan membangun kembali apa yang sudah diwariskan oleh mendiang suaminya di Asia Tengah. Ia masuk ke dalam daftar karena kerja keras dan tak kenal letihnya untuk membangun hubungan antara negeri Barat dengan Arab. Kini ia giat di King Hussein Foundation, sebuah yayasan yang memperjuangkan perdamaian dan pembangunan yang berkelanjutan, dan nyatanya ia dapat mempromosikan ekonomi Jordania melalui aksi mulianya tersebut.
9. Salma Hayek
Duta Unicef dan pembicara di kampanye vaksin tetanus yang disponsori Pampers ini pasti Anda kenal melalui film layar lebar yang ia bintangi. Ia adalah si cantik Salma hayek, ibu dari 3 orang anak. Tak hanya sebagai pembicara di kampanye vaksin tetanus, ia pun dikenal giat untuk mempromosikan pemberian ASI ekslusif, nyatanya pada saat ia berkunjung ke Sierra Leone ia memberikan ASI kepada seorang bayi. Ia juga diutus Avon Foundation untuk mengkampanyekan program Speak Out Against Domestic. Kemudian ia mendanai yayasannya sendiri yang diberi nama Salma Hayek Foundation, yayasan yang fokus memberikandana dan mendukung hak untuk memilih dan mandiri khusus untuk para remaja di Mexico.
10. Marie C. Wilson
Setiap orang tua pekerja dan anak-anak mungkin harus berterima kasih kepada Marie C. Wilson yang mempromosikan program yang bernama Take Our Daughter and Sons to Work Day (Bawa serta putri dan putra Anda saat Anda bekerja). Seorang feminis dan ibu dari 5 orang anak ini menyempurnakan dan lalu memprakasai program Gedung Putih yang ia buat dia tahun 1998 tentang peran dan kesempatan wanita di dunia politik.
Ia kemudian membuat sebuah buku dengan judul Leadership Gap : Why Women Can and Must Help the World di tahun 2004. Buku pertamanya telah terbit di tahun 1993 berjudul Mother Daughter Revolution yang menceritakan tentang bagaimana peran seorang ibu dapat menjadi kelemahan atau kekuatan untuk puterinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar